Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Bau Gak Beres, Penambang Sumur Tradisional Tolak Paguyuban

Selasa, 23 Juni 2015 | 21.36.00 WIB | 0 Views Last Updated 2015-06-23T14:36:10Z
BOJONEGORO,(metropantura.com) - Penambang yang bertempat tinggal di Dusun Ndangilo Desa Hargomulyo Kec. Kedewan menolak pembeliaan minyak mentah oleh PT Pertamina EP Asset IV melalui dua paguyuban, yakni paguyuban wonocolo dan wonomulyo. Penolakan itu terjadi paska diputusnya kontrak KUD Sumber Pangan (SP) dan Usaha Jaya Bersama pada Tanggal 15 Juni 2015 lalu. 

Sejumlah penambang, Selasa (23/60) yang ditemui di penambangan eks Belanda Kec. Kedewan itu lebih memilih untuk memproduksi (menyuling:RED) minyak mentah yang ditambangnya menjadi minyak mentah dan solar. “Ini semua karena pembeliaan paguyuban sangat murah dan persyaratannya kadar airnya harus sangat rendah, “ kata Sumari (42) penyuling mintah mentah.

Memilih menyuling, karena minyak tanah produksinya harga perliternya mencapai Rp 7 ribu dan untuk solar mencapai Rp 4,5 ribu. Untuk minyak mentah yang dibeli paguyuban hanya berkisar Rp 2100. Padahal sebelum adanya paguyuban, minyak mentahnya dibeli oleh KUD sebesar Rp 2600. Sehingga Sumari memilih menolak pembeliaan minyak mentah oleh paguyuban. 

“Kalau saya jual ke paguyuban, jelas sangat rugi. Lalu untuk makan anak istri apa. Jelas paguyuban sangatlah murah membeli minyak mentah yang saya tambang. Untuk tidak rugi, saya terpaksa menyuling minyak mentah. Meskipun melanggar aturan Pertamina, namun penyulingan ini sudah ada sejak zaman Belanda dulu disini, “ jelasnya.

Selain ada ekstra tenaga untuk menyuling, namun tetap dilakukan. Untuk perhari dapat disuling minyak tanah sebanyak 180 liter dari minyak mentah yang ditambangnya sebanyak 200 liter, volume yang sama juga untuk jenis solar. Dalam memasarkannya, minyak mentah yang diproduksinya tidak sulit untuk dijual. Dikarenakan sudah ada kelompok pengojek yang membeli.

Pengojek itu yang mendistribusikan minyak tanah dan solar, per ojek (satu sepeda motor:RED) dapat mengangkut 5 hingga 6 jiregen berisi perjiregennya 15 liter hingga 20 liter. Pengojek mendistribusikan ke luar daerah Bojonegoro, diantaranya hingga Magetan, Pasuruan dan lainnya. “Kami sudah ada pelanggan yang siap menerima kiriman kami, “ kata Suaji (40) salah satu pengojek.
Pantuan di kawasan eks penambangan Belanda, jumlah penyuling seperti yang dilakukan Sumari mencapai ratusan warga. Di setiap sudut nampak kompor penyulingan dan sejumlah warga yang sibuk memproduksi minyak mentah. Penyuling mengetahui yang dilakukan melanggar hukum, namun tetap nekad dikarenakan pembeliaan minyak mentah oleh paguyuban dirasa sangat murah.

Selain itu dilokasi kegiatan penambangan minyak mentah tetap berlangsung. Sejumlah penambang juga merasa kecewa atas paguyuban yang dibentuk PT Pertamina EP Asset IV menggantikan dua KUD sebelumnya. “Seharusnya paling tidak harga beli paguyuban samalah dengan yang telah dilakukan oleh dua KUD sebelumnya, ada apa semua ini, “ kata Barno (35) pemilik sumur minyak.

Ditemui terpisah, salah satu paguyuban. Yakni Sribowo selaku ketua paguyuban wonomulyo mengatakan, dirinya dalam waktu dekat akan mengusulkan ke PT Pertamina EP Asset IV untuk kenaikan harga minyak mentah milik penambang. “Kami ini baru bekerja delapan hari dan secepatnya kami menfasilitasi keinginan penambang, “ janjinya.

Seperti diketahui sumur minyak yang ada di Kec Kedewan melibatkan hampir 3000 warga yang setiap harinya menambang minyak mentah disana. Tercata ada sekitar 526 titik sumur minyak. Diantaranya sumur tua dan sumur muda yang dikuasai oleh sejumlah perusahaan yang tak berijin. Informasinya sumur muda akan ditertibkan oleh Pertamina EP Asset IV bekerjasama dengan kepolisiaan, namun kegiatan hukum belum dilakukan hingga berita ini diturunkan.

Penulis  : Sandi Suswondo
Editor  : M Arief Budiman
×
Berita Terbaru Update