Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Strategi Paslon Bupati Gresik

Senin, 10 Agustus 2015 | 19.33.00 WIB | 0 Views Last Updated 2015-08-10T12:33:33Z
Nurhamim Kaderisasi Golkar, Sambari Strategi Semut, dan Berkah Intai Konfik SQ Vs Arjuna
GRESIK,(metropantura.com) - Bagi kalangan akademisi dan pengamat politik, proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Gresik sangatlah menarik sehingga perlu dikaji. Fenomena yang menarik itu, menurut Prof. Sukiyat, Rektor Universitas Gresik, ketiga pasangan calon (paslon) memiliki metode yang berbeda dan unik.

"Calon S (Sambari Halim Radianto, Red) di pencalonan Pilkada kali ini menggunakan metode penjelajah, bukan kaderisasi. Karena itu dia melakukan penjelajahan partai, dia merasa percaya diri karena banyak dikenal masyarakat dan birokrat. Dan S mennganggap partai hanya kendaraan," ujarnya saat ditemui di kantornya, beberapa hari lalu.

Seperti diketahui, Sambari yang berpasangan dengan Moh. Qosim merupakan calon incumbent. Pada Pilkada 2010 lalu dia berangkat melalui Partai Golkar, sedangkan sekarang melalui Partai Kebangkita Bangsa (PKB) dan Partai Demokrat.

Padahal, Sambari sendiri sebelumnya menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar. Kabupaten Gresik."Keuntungan dia memang sudah banyak dikenal publik. Karena itu untuk menang, dia harus menggunakan strategi semut. Setiap bertemu dengan kawannya selalu 'salaman', maksudnya di sini S harus merayu agar kawannya itu mau memilihnya meskipun dia tidak lagi dari golkar," tandasnya.

"Strategi dan metode ini membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit," imbuhnya.

Terkait pasangan Ahmad Nurhamim - Junaidi (Arjuna), Sukiyat mengaku tidak sepakat jika Arjuna disebut pasangan boneka, justru Arjuna adalah pasangan yang berasal dari kaderisasi partai yang berhasil.

"Dengan modal 12 kursi Partai Golkar di DPRD Gresik, Golkar mengusung calonnya dari kadernya sendiri. Dari hitungan kursi itu N (Ahmad Nurhamim, Red) di atas kertas dia mengantongi 24 persen suara. Pengemasannya harus baik untuk bisa menang," tandasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, awalnya Golkar memunculkan pasangan Arjuna dikabarkan agar Sambari yang juga Ketua Golkar Gresik tidak menjadi calon tunggal, karena itu banyak yang beranggapan jika Arjuna hanya boneka.

Kendati tidak sepakat jika Arjuna adalah calon boneka, Sukiyat tidak mengelak jika Arjuna dimunculkan untuk menghindari calon tunggal. Nah, strategi ini, lanjutnya, dibaca dengan baik oleh pasangan Husnul Khuluq - Achmad Rubaie (Berkah).

Dengan majunya Arjuna, suara Sambari-Qosim (SQ) di internal Golkar pecah. Akhirnya ketika Arjuna maju, Berkah pun mendaftar.
"Calon K (Husnul Khuluq, Red) memang menggunakan strategi inelejen atau pengintaian. Dia menentukan sikap setelah mengamati pergerakan lawan," terangnya.

Ini yang menurut Sukiyat perlu diwaspadai calon lainnya. "Apalagi partai di belakang K, yaitu PDI Pejuangan, PAN, PPP, dan Gerindra adalah partai perintah. Jika Prabowo memerintahkan, seluruh anak buahnya bergerak," tandasnya.

"Belum lagi organisasi masyarakat (ormas) di balik K adalah ormas loyal (Nahdlatul Ulama dan Muhammadiya, Red). Ini yang perlu dicermati oleh pasangan lain," pungkasnya.

Penulis  : Mochamad S
Editor  : M Arief Budiman
×
Berita Terbaru Update