LAMONGAN,(metropantura.com) - Selain krisis air bersih, musim kemarau yang berkepanjangan pada tahun ini ternyata juga membuat daya beli berbagai tanaman hias di Lamongan mengalami penurunan drastis.
Seperti yang diungkapkan Muslimin (45), pemilik kios Taman Bunga Muslimin yang terletak di Jalan Sumargo, tepatnya di depan Lembaga Pemasyarakatan (lapas) Kabupaten Lamongan. ia mengatakan, pada musim kemarau seperti ini memang sepi pembeli.
Biasanya pembeli bunga mulai ramai ketika memasuki musim penghujan, dan lebih ramai lagi ketika masuk bulan maret dan april, karena pada bulan tersebut ada lomba Green and Clean. Sehingga para warga berbondong bonding untuk membeli tanaman hias guna menghiasi kampung masing-masing.
“Kalau musim kemarau seperti ini sepi mas. ramainya itu saat musim hujan, dan ketika ada lomba green and clean di bulan maret dan april,” beber Muslimin Jum’at (25/9).
Merosotnya daya beli tanaman pada musim kemarau ini terbilang sangat jauh. Saat musim penghujan, dirinya bisa meraup keuntungan kotor mulai dari Rp. 500 ribu hingga satu juta rupiah dalam sehari. Namun saat ini ia paling banyak mendapat untung kotor Rp. 150 ribu.
“Sangat jauh merosotnya mas, kalau sekarang ini paling banter 150 ribu, lha kalau musim hujan itu biasanya Rp. 500 ribu sampai satu juta,” ujarnya.
Belum lagi pada musim kemarau ini memerlukan perawatan tambahan, salah satunya adalah dilakukan penyiraman setiap hari. Namun dirina masih beruntung, karena tepat dibelakang kios miliknya terdapat sungai, sehingga ia tak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli air guna menyirami tanaman dagangannya.
Meski sepi pembeli, Muslimin dan penjual bunga lainnya tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa bertahan, sembari menunggu datangnya musim penghujan sehingga kiosnya kembali ramai dikunjungi pembeli.
Penulis : M Zainuddin
Editor : M Arief Budiman