LAMONGAN,(metropantura.com) - Musim kemarau yang berkepanjangan tidak selalu identik dengan kesusahan bagi para petani. Namun juga bisa mendatangkan berkah, seperti yang dirasakan Suwaji, petani yang menanam kangkung asal Dusun Kacangan, Desa Dukuh Agung, Kecamatan Tikung.
Saat ini dirinya sedang merasakan hasil panen kangkung yang menurutnya jauh lebih baik dari pada panen musim kemarin, meski untuk mengairi tanaman kangkung tersebut, air nya harus membeli dari waduk seharga Rp. 25.000 per jam. Pada panen tahun lalu dirinya hanya menghasilkan sekitar 4,5 kwintal biji kangkung, sedangkan pada panen kali ini hasilnya hampir dua kali lipat, yakni 8,2 kwintal.
“Tahun kemarin itu sekitar 4,5 kwintal mas, kalau sekarang dapat 8,2 kwintal,” beber Suwaji, Selasa (22/9).
Meningkatnya hasil penen tahun ini tak lepas dari minimnya curah hujan saat penanaman kangkung. Pasalnya, jika terlalu banyak air akan membuat tanaman kangkung terlalu gemuk, sehingga buah kangkung yang dihasilkan tidak maksimal.
“Kalau hujannya terlalu sering membuat tanaman kangkung kegemukan, dan buahnya tidak begitu banyak,” jelasnya.
Selain memetik hasil panen yang tergolong baik, harga kangkung juga tergolong tinggi. Harga di tingkat tengkulak saat ini mencapai Rp. 13.000 per kilogram, ini jauh lebih baik dari pada tahun kemarin yang hanya dalam kisaran Rp. 6.000 hingga Rp. 7.000 per kilogram.
Kebahagiaan Suwaji semakin lengkap, karena tidak hanya biji kangkung yang bisa menghasilkan uang. Bahkan serbuk sisa penggilingan kangkung (gadul) pun bisa dijual dengan harga Rp. 2500 per kilogram. Hal membuat Suwaji sangat bersyukur meski mayoritas petani di desanya lebih memilih untuk menanam kedelai dan kacang hijau.
“Ya Alhamdulillah mas, sekarang harga kangkung cukup tinggi. Gadulnya juga laku,” pungkas Suwaji.
Penulis : M Zainuddin
Editor : M Arief Budiman