LAMONGAN,(metropantura.com) - Berbeda dengan daerah lamongan bagian selatan yang dalam musim kemarau kekurangan air dan warga tidak bisa menanami lahannya lagi, warga yang berdekatan dengan Bengawan Solo justru mulai menanam padi pada musim kemarau. Misalnya, petani di Desa Godog Kecamatan Laren Lamongan yang pada bulan September ini baru mulai tanam padi.
Area pertanian di Desa Godog Kecamatan Laren memang dekat dengan bengawan solo. Pada musim kemarau ini tanaman padi ada yang mulai menguning dan ada juga yang sudah panen dan mulai tanam lagi.
Menurut penyuplay air Desa Godog, Kholis, pada musim kemarau petani masih menghendaki menanam padi. Petani tidak menginginkan sawahnya tidak ditanami atau dibiarkan menganggur (bero). Dirinya sebagai penyuplai air dari bengawan solo hanya mengikuti kehendak petani.
“Petani masih menghendaki tandur (menanam padi-red) lagi. Saya menuruti kehendak petani saja,”ujar Kholis,Minggu (13/9).
Sistem pengairan di wilayah pertanian Desa Godog ini sawah petani dialiri air dari bengawan solo oleh pemilik diesel atau penyuplay air. Pemilik diesel ini yang akan menanggung air selama musim tanam berlangsung. Dari suplay air tersebut, ketika panen petani bagi hasil dengan penyuplay air dengan perbandingan 5:1, artinya ketika petani panen setiap 5 kwintal gabah, penyuplay air mendapat 1 kwintal gabah.
Untuk mengambil air dari bengawan solo, Kholis mengoperasikan 2 diesel ukuran 8 dim dan 6 dim. Ketika musim kemarau kedua diesel tersebut beroperasi 24 jam untuk melayani kebutuhan air lahan pertanian sekitar 10 hektar lebih.
“Tapi ketika air di bengawan solo sudah asin, saya hentikan diesel saya. Saya selalu pantau keadaan air bengawan solo apakah sudah asin atau masih tawar. Petani juga sudah mengerti ketika air bengawan solo asin, padinya tidak boleh diairi air asin karena padinya bisa mati,”tambahnya.
Di tempat terpisah, harga air bengawan solo di daerah bengawan jero (Banjero) sekitar Rp. 60.000 per jam dengan menggunakan diesel 4 dim. Seperti di Desa Karanganom kecamatan Karangbinangun petani harus membeli air dari bengawan solo seharga Rp. 60.000 untuk mengisi tambaknya.
Bagi petani tambak di Desa Karanganom harga air berapa pun akan tetap dibeli asal tambaknya tidak telat airnya. Meski harganya tinggi, kadang-kadang air dari bengawan solo tidak mencukupi untuk petani tambak sehingga menunggu giliran.
“Harga air dari bengawan solo sekitar Rp. 60.000 per jam. Tetapi sekarang airnya tidak ada, petani rebutan air, kadang-kadang giliran,”jelas Anwar Petani tambak asal Desa Karanganom.
Petani tambak di desa Karanganom mendapat suplay air bengawan solo melalui pompa air di Desa Canditunggal Kecamatan Kalitengah. Jarak dari bengawan solo ke Desa Karanganom sekitar 10 km lebih.
Penulis : M Zainuddin
Editor : M Arief Budiman
Penulis : M Zainuddin
Editor : M Arief Budiman