LAMONGAN,(metropantura.com) - Pembangunan di Lamongan selama ini terkesan berada di pusaran wilayah tengah dan utara karena daya dukung yang memang berada di dua wilayah ini. Sementara wilayah selatan baru beberapa tahun belakangan menggeliat. Rencana dihidupkannya jalur kereta api Babat-Jombang nampaknya akan semakin memacu perekonomian wilayah Lamongan selatan.
“Ini terutama karena nantinya jalur kereta akan melewati wilayah-wilayah strategis yang bisa memberi efek ekonomi berantai bagi masyarakat Lamongan selatan, “ ungkap Kepala Dinas Perhubungan Lamongan Bambang Hadjar melalui Kabag Humas dan Infokom Sugeng Widodo. Jum’at, (2/10).
Terlepas dari opsi tiga alternatif jalur yang sampai saat ini masih terus dimatangkan antara Dinas Perhubungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Dishub LLAJ) Jatim bersama PT KAI, Dishub Lamongan dan Jombang, lanjut dia, beberapa stasiun kereta api lama di Lamongan selatan akan hidup kembali dengan segala aktifitasnya.
Di wilayah Lamongan, jelas Sugeng, selepas dari Stasiun Babat di Kecamatan Babat, ada empat stasiun kereta api yang puluhan tahun mati suri bersama matinya jalur kereta api Babat-Jombang. Yakni Stasiun Kedungpring, Modo, Bluluk dan Ngimbang.
Sedangkan di wilayah Jombang, ada dua stasiun kereta api lama yang tidak aktif. Yakni Stasiun Kabuh dan Ploso.
Dijelaskan olehnya, dalam dokumen yang dibuat konsultan terkait pengaktifan jalur kereta api Babat-Jombang, berdasarkan hasil review studi kelayakan tahun 2010 untuk perkiraan tahun 2015 yang sudah diolah kembali, analisa profil pengisian muatan di Stasiun Kedungpring diperkirakan mencapai 778 orang naik dan 1.055 orang turun perhari.
Kemudian di Stasiun Modo diperkirakan bakal ada 1.889 penumpang naik dan 617 penumpang turun perhari. Di Stasiun Bluluk rata-rata akan ada 1.025 penumpang naik dan 572 penumpang turun. Sedangkan di Stasiun ngimbang diperkirakan 975 penumpang naik dan 814 penumpang turun.
Ada tiga alternatif pengaktifan jalur Babat-Jombang. Alternatif pertama yang merupakan jalur lama milik PT KAI, sepanjang 72 kilometer, melintasi 6 sungai, 14 perlintasan dan 6 stasiun dengan lahan terbangun seluas 112 hektar dan lahan non terbangun 3.227 hektar.
Alternatif kedua sepanjang 72,44 kilometer, melintasi 8 sungai, 13 perlintasan dan 6 stasiun dengan lahan terbangun di sepanjang jalur ini 93,5 hektar dan lahan non terbangun 2.682 hektar.
Sedangkan alternatif ketiga sepanjang 84,87 kilometer, melintasi 6 sungai, 13 perlintasan, 7 stasiun dan 99 hektar lahan terbangun serta 3.140 hektar lahan non terbangun.
Meski belum menjadi keputusan akhir, muncul opsi untuk memilih alternatif ketiga dengan pertimbangan melewati banyak lahan kosong, menghindari kawasan hutan lindung dan konservasi, serta memiliki daya dukung tanah dengan kekerasan batuan yang cukup tinggi.
Selain itu, jalur alternatif ketiga itu minim melewati kawasan pemukiman penduduk sehingga memudahkan proses relokasi. Jalur kereta apai Babat-Jombang ini sendiri tidak hanya direncanakan untuk arus orang, tapi juga barang yang dapat saling mendukung antara wilayah Lamongan dengan kawasan kawasan industri di Jombang.
Penulis : M Zainuddin
Editor : M Arief Budiman