LAMONGAN,(metropantura.com) – untuk menatap masa depan, para pemuda kebanyakan menginginkan bekerja sebagai pegawai negeri, pabrik dal lain sebagainya, namun tak demikian dengan Pramono (24) dan sahabatnya, wildan (20) yang sama-sama warga Dusun Singgang Desa Bakalrejo Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.
Kedua pemuda tersebut lebih memilih untuk berwirausaha dengan menerima pesanan sablon kaos. Usaha yang di rintisnya ini awalnya hanya nekat dengan modal yang minim, namun berkat usaha dan kemauan kerasnya, saat ini usaha tersebut dapat terus berjalan dan sedikit demi sedikit berkembang meski mengalami beberapa kendala.
Hanya bermodalkan pengetahuan mengenai teknik sablon manual yang dipelajari secara autodidak dan dengan alat seadanya, Pramono bersama dengan wildan bisa membuka peluang usaha yang cukup menjanjikan. Apa lagi standart kaos sablon manual yang di kerjakan juga lumayan berkualitas.
Usaha yang di beri nama “singgang Undercover” ini memang baru berjalan 3 Bulan belakangan, namun saat ini sudah mulai dikenal oleh pecinta kaos sablon di sekitar kota Lamongan bahkan luar kota Lamonganpun juga ada yang memesan. Pemesanan kaos sablon tersebut bisa di pesan dari hitungan satuan juga bisa lusinan.
Model gambar serta desain menyesuaikan dari permintaan dari konsumen, harga untuk per satuan kaosnya sangat relatif murah mulai dari harga Rp. 80 ribu ke atas itu untuk persatuan, tetapi kalau lusinan bisa malah lebih murah sekitar Rp.60 ribu persatuan. Untuk bahan sablon sendiri menggunakan Pasta rubber yang harga per 1 kg-nya sekitar Rp. 90 ribu, tergantung dari warna yang dipakai.
Namun usaha tersebut bukan tanpa kendala, seperti yang diungkapkan Pramono, bahwa salah satu kendala yang dialaminya adalah sulitnya mendapatkan kaos yang bahannya sesuai kriteria. saat ini untuk jenis kaos tersebut masih harus mendatangkan langsung dari jakarta, pasalnya di kota sekitar Lamongan tidak tersedia grosir kaos yang bahannya sesuai kriteria.
“Untuk sementara ini kaos kita pesan dari jakarta seperti halnya, jenis kaos fruit of the loom, amarican aparel, gildan dan cotton bamboo,dan cotton cameback itu untuk yang standart distro dan menggunkan bahan premium, sedangkan di kota-kota dekat sini tidak ada, ” ujarnya, Jum’at (27/11).
Selain itu, untuk pemasaran juga mengalami kendala, pasalnya kaos sablon manual ini hanya di pasarkan melalui media sosial, seperti Facebook, Blackberry Messager dan Instagram. Untuk itu dirinya berharap agar pemerintah melalui dinas terkait dapat membantu dalam pemasarannya.
“Untuk pemasarannya masih dalam skala online, belum bisa ke pasaran langsung dan kalau ada pesanan sampai dengan lusinan, keuntungan yang diraihpun juga lumayan. Kalau misalnya ada yang membantu dalam pemasaran, utamanya pemerintah, saya akan sangat berterima kasih” harap pramono.
Kedua pemuda tersebut lebih memilih untuk berwirausaha dengan menerima pesanan sablon kaos. Usaha yang di rintisnya ini awalnya hanya nekat dengan modal yang minim, namun berkat usaha dan kemauan kerasnya, saat ini usaha tersebut dapat terus berjalan dan sedikit demi sedikit berkembang meski mengalami beberapa kendala.
Hanya bermodalkan pengetahuan mengenai teknik sablon manual yang dipelajari secara autodidak dan dengan alat seadanya, Pramono bersama dengan wildan bisa membuka peluang usaha yang cukup menjanjikan. Apa lagi standart kaos sablon manual yang di kerjakan juga lumayan berkualitas.
Usaha yang di beri nama “singgang Undercover” ini memang baru berjalan 3 Bulan belakangan, namun saat ini sudah mulai dikenal oleh pecinta kaos sablon di sekitar kota Lamongan bahkan luar kota Lamonganpun juga ada yang memesan. Pemesanan kaos sablon tersebut bisa di pesan dari hitungan satuan juga bisa lusinan.
Model gambar serta desain menyesuaikan dari permintaan dari konsumen, harga untuk per satuan kaosnya sangat relatif murah mulai dari harga Rp. 80 ribu ke atas itu untuk persatuan, tetapi kalau lusinan bisa malah lebih murah sekitar Rp.60 ribu persatuan. Untuk bahan sablon sendiri menggunakan Pasta rubber yang harga per 1 kg-nya sekitar Rp. 90 ribu, tergantung dari warna yang dipakai.
Namun usaha tersebut bukan tanpa kendala, seperti yang diungkapkan Pramono, bahwa salah satu kendala yang dialaminya adalah sulitnya mendapatkan kaos yang bahannya sesuai kriteria. saat ini untuk jenis kaos tersebut masih harus mendatangkan langsung dari jakarta, pasalnya di kota sekitar Lamongan tidak tersedia grosir kaos yang bahannya sesuai kriteria.
“Untuk sementara ini kaos kita pesan dari jakarta seperti halnya, jenis kaos fruit of the loom, amarican aparel, gildan dan cotton bamboo,dan cotton cameback itu untuk yang standart distro dan menggunkan bahan premium, sedangkan di kota-kota dekat sini tidak ada, ” ujarnya, Jum’at (27/11).
Selain itu, untuk pemasaran juga mengalami kendala, pasalnya kaos sablon manual ini hanya di pasarkan melalui media sosial, seperti Facebook, Blackberry Messager dan Instagram. Untuk itu dirinya berharap agar pemerintah melalui dinas terkait dapat membantu dalam pemasarannya.
“Untuk pemasarannya masih dalam skala online, belum bisa ke pasaran langsung dan kalau ada pesanan sampai dengan lusinan, keuntungan yang diraihpun juga lumayan. Kalau misalnya ada yang membantu dalam pemasaran, utamanya pemerintah, saya akan sangat berterima kasih” harap pramono.
Penulis : M Zainuddin
Editor : M Arief Budiman