LAMONGAN,(metropantura.com) - Keberadaan dukun bayi di Lamongan tahun 2014 terdata masih ada sebanyak 70 orang. Jumlah ini jauh menurun dari data tahun 2011 yang tercatat masih ada sebanyak 236 dukun bayi.
Tingkat pendidikan masyarakat, akses kesehatan, tingkat kesejahteraan dan semakin banyaknya bidan ditengarai menjadi semakin turunnya warga Lamongan yang menjadi dukun bayi.
Tingkat pendidikan masyarakat, akses kesehatan, tingkat kesejahteraan dan semakin banyaknya bidan ditengarai menjadi semakin turunnya warga Lamongan yang menjadi dukun bayi.
Sebanyak 70 orang dukun bayi yang masih eksis ini diharapkan bisa bermitra dengan tenaga persalinan terdidik. Sehingga dapat terus meningkatkan kualitas kesehatan warga, serta terutama untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Lamongan.
“Harapannya, ke depan semua persalinan akan menggunakan tenaga kesehatan. Bagi dukun bayi yang ada diharapkan semuanya bisa bermitra dengan tenaga kesehatan persalinan, “ ujar Kepala Dinas Kesehatan Fida Nuraida melalui Kabag Humas dan Infokom Sugeng Widodo, Jum'at (29/1).
Sedangkan jumlah bidan dibawah naungan Dinas Kesehatan saat ini ada sebanyak 610 orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, naik 5,72 persen dari sebanyak dari 577 orang bidan.
Sementara jumlah dukun bayi pun semakin lama semakin menurun. Dari sebanyak 236 orang di tahun 2011, turun menjadi 114 orang di tahun 2013, hingga tinggal menjadi 70 orang dukun bayi di tahun 2014.
Penyebab kematian bayi di Lamongan didominasi oleh BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dan komplikasi Asfiksia (tidak bisa bernafas).
Menurut Sugeng, Dinas Kesehatan salama ini telah berupaya untuk menurunkan rasio kematian ibu dan bayi melalui kelas ibu hamil, dan kelas gizi. Dengan harapan masyarakat mengerti untuk menghindari BBLR. Selain itu juga dilakukan melalui upaya PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi ibu hamil.
Selama tahun 2015, rasio kematian ibu di Lamongan sebesar 75 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan rasio kematian bayi sebesar 6,22 per 1.000 kelahiran bayi hidup.
Angka itu sudah melebihi target keempat Millenium Develeopment Goal’s (MDGs) tahun 2015 yang sebesar 23 per 1.000 kelahiran bayi hidup. Rasio kematian ibu di Lamongan juga sudah melampaui target MDGs tahun 2015 yang diharapkan bisa mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup.
“Harapannya, ke depan semua persalinan akan menggunakan tenaga kesehatan. Bagi dukun bayi yang ada diharapkan semuanya bisa bermitra dengan tenaga kesehatan persalinan, “ ujar Kepala Dinas Kesehatan Fida Nuraida melalui Kabag Humas dan Infokom Sugeng Widodo, Jum'at (29/1).
Sedangkan jumlah bidan dibawah naungan Dinas Kesehatan saat ini ada sebanyak 610 orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, naik 5,72 persen dari sebanyak dari 577 orang bidan.
Sementara jumlah dukun bayi pun semakin lama semakin menurun. Dari sebanyak 236 orang di tahun 2011, turun menjadi 114 orang di tahun 2013, hingga tinggal menjadi 70 orang dukun bayi di tahun 2014.
Penyebab kematian bayi di Lamongan didominasi oleh BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dan komplikasi Asfiksia (tidak bisa bernafas).
Menurut Sugeng, Dinas Kesehatan salama ini telah berupaya untuk menurunkan rasio kematian ibu dan bayi melalui kelas ibu hamil, dan kelas gizi. Dengan harapan masyarakat mengerti untuk menghindari BBLR. Selain itu juga dilakukan melalui upaya PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi ibu hamil.
Selama tahun 2015, rasio kematian ibu di Lamongan sebesar 75 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan rasio kematian bayi sebesar 6,22 per 1.000 kelahiran bayi hidup.
Angka itu sudah melebihi target keempat Millenium Develeopment Goal’s (MDGs) tahun 2015 yang sebesar 23 per 1.000 kelahiran bayi hidup. Rasio kematian ibu di Lamongan juga sudah melampaui target MDGs tahun 2015 yang diharapkan bisa mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Penulis : M Zainuddin
Editor : M Arief Budiman