LAMONGAN,(metropantura.com) - Komunitas ayam petelur Desa Sembung, Kecamatan Sukodame, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, menyesalkan respon Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan, dalam hal ini Dinas Peternakan an Kesehatan Hewan (Disnakeswan) yang lambat.
"Seribu ekor mati semua. Sebelum mati, matanya bengkak sama kepalanya biru," ungkap peternak ayam petelor, Ninik Murti Ningsih, Jumat (18/3/2016).
Ninik mengatakan, kematian 1000 ayam miliknya memang positif terkena flu burung. Itu setelah, petugas dari Dinas Kesehatan Kehewanan (Keswan) Provinsi Jawa Timur melakukan pengujian cepat rapid test di kandang miliknya. "Hasilnya positif flu burung," terangnya.
Kini kandang ayam petelur miliknya kosong tak berpenghuni, pada Jumat ini, ayam miliknya hanya tersisa 4 ekor, namun tak berselang lama 3 ekor mati mendadak, sehingga hanya tersisa 1 ekor saja. Seekor ayam itupun kondisinya sudah sakit dengan mata bengkak dan mengalami kebutaan.
"Hanya sisa satu ekor, setiap hari mati ratusan," keluh Ninik sembari pasrah. I juga mengaku, mengubur semua ayam yang mati mendadak tersebut biar tidak menular ke yang lainnya.
Lebih lanjut, Ninik mengaku, menderita kerugian hingga mencapai ratusan juta rupiah dari usaha ayam petelur yang sudah di bangunnnya sejak tiga tahun silam ini. Ia kini mengaku untuk kembali membangun usahanya kembali.
"Fikir-fikir mas bingung, cari pinjaman modal juga bingung," pungkasnya.
Sekedar di ketahui, di samping menyerang ayam petelur milik Ninik, flu burung juga menyerang 9 peternak lainnya. Tak cukup disitu saja, penyakit mematikan ini juga mengakibatkan ribuan ayam potong mengalami nasib serupa.
"Kami kecewa pemerintah tidak melakukan langkah antisipasi," gerutu Purwanto, satu diantara anggota komunitas ayam petelur
Purwanto menilai, pihak Dinkeswan dan Pemkab Lamongan, tidak memberikan perhatian serius untuk mengatasi serangan flu burung yang menyerang peternakan warga.
"Mereka datang hanya melakukan pengecekan saja, tidak ada langkah kongkrit untuk menanggulangi serangan flu burung," ucapnya kesal.
Kondisi ini, mengakibatnya para peternak mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Purwanto pun khawatir, bila tidak ada tindakan kongkrit, serangan flu burung bisa meluas ke daerah lain. "Saya prihatin sekali, semua peternak stress usahanya bangkrut," sambungnya.
Purwanto berharap pihak-pihak terkait, segera melakukan tindakan nyata. "Kalau tetap dibiarkan bisa kemana-mana," pungkasnya. Tak hanya penanganan, para peternak juga sangat membutuhkan modal untuk bisa membangun kembali usahanya lantaran semua ayam mati lantaran flu burung itu sendiri.
"Seribu ekor mati semua. Sebelum mati, matanya bengkak sama kepalanya biru," ungkap peternak ayam petelor, Ninik Murti Ningsih, Jumat (18/3/2016).
Ninik mengatakan, kematian 1000 ayam miliknya memang positif terkena flu burung. Itu setelah, petugas dari Dinas Kesehatan Kehewanan (Keswan) Provinsi Jawa Timur melakukan pengujian cepat rapid test di kandang miliknya. "Hasilnya positif flu burung," terangnya.
Kini kandang ayam petelur miliknya kosong tak berpenghuni, pada Jumat ini, ayam miliknya hanya tersisa 4 ekor, namun tak berselang lama 3 ekor mati mendadak, sehingga hanya tersisa 1 ekor saja. Seekor ayam itupun kondisinya sudah sakit dengan mata bengkak dan mengalami kebutaan.
"Hanya sisa satu ekor, setiap hari mati ratusan," keluh Ninik sembari pasrah. I juga mengaku, mengubur semua ayam yang mati mendadak tersebut biar tidak menular ke yang lainnya.
Lebih lanjut, Ninik mengaku, menderita kerugian hingga mencapai ratusan juta rupiah dari usaha ayam petelur yang sudah di bangunnnya sejak tiga tahun silam ini. Ia kini mengaku untuk kembali membangun usahanya kembali.
"Fikir-fikir mas bingung, cari pinjaman modal juga bingung," pungkasnya.
Sekedar di ketahui, di samping menyerang ayam petelur milik Ninik, flu burung juga menyerang 9 peternak lainnya. Tak cukup disitu saja, penyakit mematikan ini juga mengakibatkan ribuan ayam potong mengalami nasib serupa.
"Kami kecewa pemerintah tidak melakukan langkah antisipasi," gerutu Purwanto, satu diantara anggota komunitas ayam petelur
Purwanto menilai, pihak Dinkeswan dan Pemkab Lamongan, tidak memberikan perhatian serius untuk mengatasi serangan flu burung yang menyerang peternakan warga.
"Mereka datang hanya melakukan pengecekan saja, tidak ada langkah kongkrit untuk menanggulangi serangan flu burung," ucapnya kesal.
Kondisi ini, mengakibatnya para peternak mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Purwanto pun khawatir, bila tidak ada tindakan kongkrit, serangan flu burung bisa meluas ke daerah lain. "Saya prihatin sekali, semua peternak stress usahanya bangkrut," sambungnya.
Purwanto berharap pihak-pihak terkait, segera melakukan tindakan nyata. "Kalau tetap dibiarkan bisa kemana-mana," pungkasnya. Tak hanya penanganan, para peternak juga sangat membutuhkan modal untuk bisa membangun kembali usahanya lantaran semua ayam mati lantaran flu burung itu sendiri.
Penulis : M Zainuddin
Editor : M Arief Budiman