BOJONEGORO,(metropantura.com) - ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) untuk yang ketujuh kalinya menyelenggarakan Pelatihan kontraktor lokal, Kamis (17/3). Kegiatan ini bertujuan untuk memberi wawasan pengetahuan pelaku usaha lokal mengenai standar pengadaan proyek dan cara untuk terlibat dalam proses penawaran di EMCL.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada EMCL yang telah melakukan human approach development," ujar Bupati Bojonegoro Suyoto saat memberikan Sambutan pada acara yang digelar di sebuah hotel milik pemerintah Kabupaten Bojonegoro tersebut.
Menurut Kang Yoto, sapaan akrabnya, ExxonMobil tidak punya kewajiban untuk melatih kontraktor ya. Jika menggunakan asas competitiveness dan profesionalitas, ExxonMobil sebagai pengguna jasa cukup mencari yang terbaik saja tanpa mengurusi pemasoknya.
"Apa yang dilakukan ExxonMobil ini lebih dari sekedar CSR," imbuhnya.
Oleh karena itu, kata dia, kontraktor lokal Bojonegoro harus membuktikan bahwa mereka mampu bersaing.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada EMCL yang telah melakukan human approach development," ujar Bupati Bojonegoro Suyoto saat memberikan Sambutan pada acara yang digelar di sebuah hotel milik pemerintah Kabupaten Bojonegoro tersebut.
Menurut Kang Yoto, sapaan akrabnya, ExxonMobil tidak punya kewajiban untuk melatih kontraktor ya. Jika menggunakan asas competitiveness dan profesionalitas, ExxonMobil sebagai pengguna jasa cukup mencari yang terbaik saja tanpa mengurusi pemasoknya.
"Apa yang dilakukan ExxonMobil ini lebih dari sekedar CSR," imbuhnya.
Oleh karena itu, kata dia, kontraktor lokal Bojonegoro harus membuktikan bahwa mereka mampu bersaing.
"Kita mendapat pekerjaan karena memang kita layak," cetus Kang Yoto.
Para pengusaha ini, tambah dia, wajib menginvestasikan sebagian keuntungannya untuk mengembangkan sumber daya manusia dan aset. Cara berpikir wirausaha yang jangka panjang, kata dia.
Perwakilan EMCL, Ichwan Arifin mengatakan, melalui lokakarya ini, kontraktor lokal Bojonegoro diharapkan lebih mudah dalam mengikuti proses pengadaan di EMCL.
"Kegiatan yang ke delapan kalinya ini merupakan komitmen EMCL dalam mengembangkan pemasok lokal Bojonegoro," ujarnya.
Kata Ichwan, pengembangan rantai pemasok yang dapat diandalkan dan berdaya saing dapat berkontribusi bagi efisiensi proyek dan operasi EMCL. Proyek Banyu Urip, imbuh Ichwan, terus berusaha untuk memaksimalkan pemanfaatan muatan lokal.
"Itulah alasannya mengapa kontraktor Engineering, Procurement and Construction (EPC) proyek ini terdiri dari lima perusahaan konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan Indonesia," jelasnya.
Dia menuturkan, pada masa puncak konstruksi, terdapat lebih dari 450 perusahaan nasional yang mendukung konsorsium tersebut sebagai subkontraktor. Lebih dari 85 persen subkontraktor tersebut berasal dari wilayah di sekitar proyek, termasuk Bojonegoro dan Tuban.
Ichwan menambahkan, EMCL bekerja sama, mendampingi kontraktor lokal, membantu mereka meningkatkan standar mereka, proses pengadaannya, dan menjaga baku mutu yang ketat.
"Semua ini untuk membantu perusahaan tersebut agar dapat menangani proyek pada skala ini. Dan agar pengalaman proyek ini dapat digunakan sebagai pembelajaran untuk mengerjakan proyek lainnya dengan lebih efisien," papar dia.
"Lebih dari 150 perusahaan dan koperasi dari Bojonegoro mengikuti pelatihan pengenalan proses pengadaan," pungkasnya.
Para pengusaha ini, tambah dia, wajib menginvestasikan sebagian keuntungannya untuk mengembangkan sumber daya manusia dan aset. Cara berpikir wirausaha yang jangka panjang, kata dia.
Perwakilan EMCL, Ichwan Arifin mengatakan, melalui lokakarya ini, kontraktor lokal Bojonegoro diharapkan lebih mudah dalam mengikuti proses pengadaan di EMCL.
"Kegiatan yang ke delapan kalinya ini merupakan komitmen EMCL dalam mengembangkan pemasok lokal Bojonegoro," ujarnya.
Kata Ichwan, pengembangan rantai pemasok yang dapat diandalkan dan berdaya saing dapat berkontribusi bagi efisiensi proyek dan operasi EMCL. Proyek Banyu Urip, imbuh Ichwan, terus berusaha untuk memaksimalkan pemanfaatan muatan lokal.
"Itulah alasannya mengapa kontraktor Engineering, Procurement and Construction (EPC) proyek ini terdiri dari lima perusahaan konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan Indonesia," jelasnya.
Dia menuturkan, pada masa puncak konstruksi, terdapat lebih dari 450 perusahaan nasional yang mendukung konsorsium tersebut sebagai subkontraktor. Lebih dari 85 persen subkontraktor tersebut berasal dari wilayah di sekitar proyek, termasuk Bojonegoro dan Tuban.
Ichwan menambahkan, EMCL bekerja sama, mendampingi kontraktor lokal, membantu mereka meningkatkan standar mereka, proses pengadaannya, dan menjaga baku mutu yang ketat.
"Semua ini untuk membantu perusahaan tersebut agar dapat menangani proyek pada skala ini. Dan agar pengalaman proyek ini dapat digunakan sebagai pembelajaran untuk mengerjakan proyek lainnya dengan lebih efisien," papar dia.
"Lebih dari 150 perusahaan dan koperasi dari Bojonegoro mengikuti pelatihan pengenalan proses pengadaan," pungkasnya.
Penulis : Sandi Suswondo
Editor : M Arief Budiman