TUBAN,(metropantura.com) - Ikan Asap menjadi salah satu sumber penghasilan yang menjanjikan bagi ibu ibu nelayan. Masyarakat luar daerah yang datang ke Tuban kerap memilih ikan asap buatan Desa Karangsari kecamatan Tuban kabupaten Tuban untuk dijadikan buah tangan sebelum kembali ke daerah asalnya.
Ikan Asap merupakan ikan yang diawetkan dengan teknik pengasapan. Beberapa jenis ikan yang sering di asap diantaranya adalah ikan Salmon, Bandeng, Hering, Makerel, Tongkol, Tenggiri, hingga ikan Gabus.
Jika melintas di sepanjang jalan Pantura Tuban, pasti akan menjumpai deretan ibu-ibu dengan lapak sederhana yang menjajakan ikan asap. Biasanya, pedagang mulai membuka lapaknya mulai pukul 07:00 wib pagi hingga pukul 21:00.
Menurut pengakuan Siti, salah satu pedagang, ia memasarkan ikan asap buatannya dengan harga yang cukup bervariasi, tergantung ukuran ikan. Untuk ikan yang beratnya sekitar 1 kg, ia mematok harga mulai Rp. 25.000 hingga Rp.30.000.
Saat dirinya mulai kuwalahan untuk melayani permintan dari luar daerah yang semakin meningkat. Siti mengaku, ia dapat meraih keuntungan mulai dari Rp. 5 juta hingga Rp. 7 juta dalam satu bulan.
“Biasanya kita mulai dagang mulai jam tujuh pagi sampai jam semblan malam. Kalo soal keuntungan ya tidak pasti mas, kalau untung kotornnya Rp 5 juta perbulan, kalau ramai ya bisa lebih mas, bisa sampai Rp 7 juta,” bebernya. Jumat (18/3).
Tak hanya dijual di Tuban, saat ini ikan asap tersebut juga mulai dijual ke surabaya, bahkan ke manca negara. pasalnya selain mudah disimpan dan tidak mudah busuk, ikan asap juga memiliki kandunganya gizi sangat tinggi, sehingga banyak peminatnya.
Namun masyrakat penjual ikan ini masih mengalami kendala dalam permodalan, sehingga mereka mengawetkan dengan teknik tradisional yang sangat sederhana, yakni dengan diasapi menggunakan bara dari tempurung kelapa, dengan durasi waktu sekitar 15 menit.
Menurut pengakuan Ahmad habib (33), seorang pembeli asal Lamongan ’’ saya suka Ikan asapan ini buat oleh oleh karena ikan asapan sudah gak begitu amis, saya suka dimasak dengan sambel kecap,’’ tandasnya.
Disisi lain, asap pembakaran dari para penjual yang membuka lapak di tepi jalan pantura ini juga kadang menggangu pengendara motor maupun mobil yag melintas, sehingga perlu ada upaya dari pemerintah untuk membuatkan tempat khusus, agar masyarakat ini tidak berjualan di sepanjang trotoar.
Ikan Asap merupakan ikan yang diawetkan dengan teknik pengasapan. Beberapa jenis ikan yang sering di asap diantaranya adalah ikan Salmon, Bandeng, Hering, Makerel, Tongkol, Tenggiri, hingga ikan Gabus.
Jika melintas di sepanjang jalan Pantura Tuban, pasti akan menjumpai deretan ibu-ibu dengan lapak sederhana yang menjajakan ikan asap. Biasanya, pedagang mulai membuka lapaknya mulai pukul 07:00 wib pagi hingga pukul 21:00.
Menurut pengakuan Siti, salah satu pedagang, ia memasarkan ikan asap buatannya dengan harga yang cukup bervariasi, tergantung ukuran ikan. Untuk ikan yang beratnya sekitar 1 kg, ia mematok harga mulai Rp. 25.000 hingga Rp.30.000.
Saat dirinya mulai kuwalahan untuk melayani permintan dari luar daerah yang semakin meningkat. Siti mengaku, ia dapat meraih keuntungan mulai dari Rp. 5 juta hingga Rp. 7 juta dalam satu bulan.
“Biasanya kita mulai dagang mulai jam tujuh pagi sampai jam semblan malam. Kalo soal keuntungan ya tidak pasti mas, kalau untung kotornnya Rp 5 juta perbulan, kalau ramai ya bisa lebih mas, bisa sampai Rp 7 juta,” bebernya. Jumat (18/3).
Tak hanya dijual di Tuban, saat ini ikan asap tersebut juga mulai dijual ke surabaya, bahkan ke manca negara. pasalnya selain mudah disimpan dan tidak mudah busuk, ikan asap juga memiliki kandunganya gizi sangat tinggi, sehingga banyak peminatnya.
Namun masyrakat penjual ikan ini masih mengalami kendala dalam permodalan, sehingga mereka mengawetkan dengan teknik tradisional yang sangat sederhana, yakni dengan diasapi menggunakan bara dari tempurung kelapa, dengan durasi waktu sekitar 15 menit.
Menurut pengakuan Ahmad habib (33), seorang pembeli asal Lamongan ’’ saya suka Ikan asapan ini buat oleh oleh karena ikan asapan sudah gak begitu amis, saya suka dimasak dengan sambel kecap,’’ tandasnya.
Disisi lain, asap pembakaran dari para penjual yang membuka lapak di tepi jalan pantura ini juga kadang menggangu pengendara motor maupun mobil yag melintas, sehingga perlu ada upaya dari pemerintah untuk membuatkan tempat khusus, agar masyarakat ini tidak berjualan di sepanjang trotoar.
Penulis : M Zainuddin
Editor : M Arief Budiman