Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

60 Warga Kerek Yang Meninggal Secara Berturut-Turut Di Duga Disebabkan Dari Dampak Debu Semen Indonesia

Kamis, 14 April 2016 | 19.50.00 WIB | 0 Views Last Updated 2016-04-14T12:50:14Z
TUBAN,(metropantura.com) - Dalam rentang 45 hari setelah kejadian meninggalnya 60 warga Desa dalam kurun waktu tiga bulan, lambat laun penyebab kejadian menggemparkan tersebut mulai terkuak.

Menurut informasi yang dihimpun, penyebab kematian warga tersebut beragam, ada yang sakit, kecelakaan, kematian Tua, dan rata rata usia 40 tahun, 28 orang meninggalnya akibat penyakit saluran pernapasan yang diduga kuat dampak debu semen Indonesia.

Sebagaimana dikatakan direktur wahana Lingkungan Hidup (Walhi) jawa Timur, Ony Mahardika, seharusnya harus segera dilakukan kajian dari Dinas kesehatan setempat. Pasalnya, angka penyakit pernafasan sangat signifikan di lingkungan warga ring satu yakni Desa Kerek, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban

“Sedangkan ada data yang Kami temukan dari Puskesmas Kecamatan Kerek, ada angka yang cukup fantastis dari pederita infeksi saluran pernafasan yang di duga dampak dari debu semen Indonesia,” jelasnya. Kamis (14/4).

Sangat disayangkan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban selalu mengakatan akan memberi perhatian dan akan mengkaji terhadap daerah yang terkena dampak penyakit pernafasan disekitar pabrik akibat cerobong debu semen Indonesia, namun belum memberikan kontribusi yang maksimal.

Untuk itu, Ony mengharapkan ada upaya nyata dari Pemerintah Kabupaten Tuban untuk melakukan tindakan kongkrit dengan membuka pelayanan kesehatan bagi warga yang berada di Ring satu.

“Kami berharap agar pemerintah membuka pelayanan kesehatan khusus ring satu di Kecamatan Kerek dengan melakukan cek up, untuk mengetahui bagaimana keadaan saluran pernafasan warga dalam 6 bulan sekali,” harapnya.

Dirinya juga berharap agar Pemkab Tuban selalu memferifikasi perijinan usaha tambang yang dilakukan perusahaan di Kabupaten Tuban.

“Memang ada klusul janji janji perusahaan selalu ada reklamasi lingkungan tambang , namun itu tidak sebanding dengan kerusakannya, bahkan perusahaan juga belum maksimal dalam memenuhi kuwajiban untuk melakukan reklamasi,” imbuhnya.

Memang sangat logis jika ada dampak dilingkungan perusahaan yang berujung kematian, artinya pemerintah belum memberi perhatian secara intensif kepada lingkungan Industri.

Sementara Sunandar, Kepala Desa setempat mengatakan bahwa kejadian tersebut sudah tidak dapat di tutup-tutupi. Ia mencatat, sudah ada 61 warganya yang meninggal dunia dalam kurun waktu itu 40 hari.

“Kami akui baru sekarang menemukan jumlah orang meninggal dunia begitu banyak, dengan kurun waktu sebentar dan terjadi disatu desa, sebagaimana kejadian Meninggalnya warga Desa Karanglo memang tidak terjadi setiap hari. namun, satu hari kematian bisa terjadi antara 2 sampai 4 kali,” paparnya.

Penulis  : M Zainuddin
Editor  : M Arief Budiman
×
Berita Terbaru Update