LAMONGAN,(metropantura.com) - Sebagai tempat yang memiliki angka penularan infeksi tinggi, rumah sakit selayaknya memiliki sistem kewaspadaan berupa Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Untuk itu RSUD Dr.Soegiri Lamongan telah terbentuk suatu kebijakan guna mendukung upaya-upaya dan kontrol terhadap angka penularan infeksi di lingkungan rumah sakit.
Kebijakan tersebut dimulai dari pengelolaan waktu kunjung pasien, pembatasan jumlah pengunjung pasien, pengelolaan berbagai alat medis dan ruangan di rumah sakit, hingga ke higiene tangan yang dilakukan dengan cara mencuci tangan.
Dr.Yuliarto Dwi M, MM. Kes, Direktur RSUD Dr.Soegiri Lamongan mengatakan bahwa kebijakan tersebut dimunculkan karena keselamatan pasien merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi, untuk itu petugas kesehatan harus memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien yang dimulai dari yang terkecil, salah satunya yakni dengan mencuci tangan.
“World Health Organization (WHO) telah mengkampanyekan program keselamatan pasien salah satunya adalah menurunkan risiko infeksi nosokomial,” terang Dr. Yuli. Senin (25/4).
Lebih lajut ia menjelaskan, Infeksi nosokomial merupakan salah satu masalah mayor yang kerap dihadapi rumah sakit, pasalnya infeksi tersebut dapat mengakibatkan pasien lebih lama berada di rumah sakit serta meningkatkan biaya pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial ini dapat disebarkan melalui kontak langsung, terutama melalui tangan para petugas kesehatan.
“Petugas Kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam terjadinya transmisi mikroba pathogen dari pasien ke pasien, serta dari pasien ke petugas. Salah satu cara paling sederhana dan efektif untuk mencegah persebaran infeksi melalui kontak tangan ini adalah cuci tangan (hand hygiene). Secara global hasil penelitian menunjukkan bahwa cuci tangan dapat menurunkan kejadian infeksi nosokomial sebesar 30%,” lanjutnya.
Pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh seluruh orang yang terlibat dalam perawatan pasien, khususnya dokter dan perawat. Untuk menanggapi hal ini, RSUD Dr. Soegiri Lamongan melakukan penilaian terhadap kepatuhan cuci tangan dokter dan perawat yang dinilai setiap saat. Penilaian ini berdasarkan dilakukan atau tidaknya cuci tangan dalam lima momen cuci tangan yang ditetapkan oleh WHO.
Pelatihan internal tersebut diperuntukkan bagi seluruh karyawan dan karyawati serta penyewa lahan dilingkungan RSUD Dr. Soegiri baik dari BRI,Bank Jatim, Bank Daerah Lamongan, ASKES bahkan petugas parkir serta petugas Cleaning Service juga mengikuti In House Training yang berlangsung di Aula RSUD Dr. Soegiri Lamongan tersebut.
Pengenalan Hand Hygine (cuci tangan) bagi petugas yang bekerja di lingkungan Rumah Sakit dilakukan karena Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular.
Sehingga seluruh petugas kesehatan yang bekerja dirumah sakit maupun penyewa lahan di sekitar rumah sakit ataupun pengunjung seharusnya mengetahui pentingnya pencegahan infeksi silang (nosokomial). Infeksi sebagian besar dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia yaitu dengan cuci tangan.
“Hasil akhir yang diharapkan dari meningkatnya kepatuhan dokter dan perawat dalam cuci tangan ini adalah menurunnya angka infeksi nosokomial yang terjadi pada pasien pengunjung RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Karena kebersihan tangan merupakan salah satu indikator pasien safety yang harus dijalankan oleh petugas di rumah sakit, maka meningkatnya kepatuhan petugas dalam cuci tangan juga berarti meningkatnya kualitas pelayanan RSUD Dr. Soegiri Lamongan,” pungkas Dr. Yuli.
Kebijakan tersebut dimulai dari pengelolaan waktu kunjung pasien, pembatasan jumlah pengunjung pasien, pengelolaan berbagai alat medis dan ruangan di rumah sakit, hingga ke higiene tangan yang dilakukan dengan cara mencuci tangan.
Dr.Yuliarto Dwi M, MM. Kes, Direktur RSUD Dr.Soegiri Lamongan mengatakan bahwa kebijakan tersebut dimunculkan karena keselamatan pasien merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi, untuk itu petugas kesehatan harus memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien yang dimulai dari yang terkecil, salah satunya yakni dengan mencuci tangan.
“World Health Organization (WHO) telah mengkampanyekan program keselamatan pasien salah satunya adalah menurunkan risiko infeksi nosokomial,” terang Dr. Yuli. Senin (25/4).
Lebih lajut ia menjelaskan, Infeksi nosokomial merupakan salah satu masalah mayor yang kerap dihadapi rumah sakit, pasalnya infeksi tersebut dapat mengakibatkan pasien lebih lama berada di rumah sakit serta meningkatkan biaya pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial ini dapat disebarkan melalui kontak langsung, terutama melalui tangan para petugas kesehatan.
“Petugas Kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam terjadinya transmisi mikroba pathogen dari pasien ke pasien, serta dari pasien ke petugas. Salah satu cara paling sederhana dan efektif untuk mencegah persebaran infeksi melalui kontak tangan ini adalah cuci tangan (hand hygiene). Secara global hasil penelitian menunjukkan bahwa cuci tangan dapat menurunkan kejadian infeksi nosokomial sebesar 30%,” lanjutnya.
Pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh seluruh orang yang terlibat dalam perawatan pasien, khususnya dokter dan perawat. Untuk menanggapi hal ini, RSUD Dr. Soegiri Lamongan melakukan penilaian terhadap kepatuhan cuci tangan dokter dan perawat yang dinilai setiap saat. Penilaian ini berdasarkan dilakukan atau tidaknya cuci tangan dalam lima momen cuci tangan yang ditetapkan oleh WHO.
Lima momen tersebut yakni sebelum bersentuhan dengan pasien, Sebelum melakukan prosedur bersih/steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien risiko tinggi, setelah bersentuhan dengan pasien, serta setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.
Agar kebijakan tersebut berjalan maksimal, Tim pokja PMKP dan PPI melakukan sosialisasi keliling di tiap-tiap ruangan dan ada beberapa staf atau karyawan di suruh melakukan praktek cuci tangan dengan benar, sebagai pemenuhan Elemen Penilaian (EP) skoring observasi atau telusur.
“Mencuci tangan kelihatannya sepele namun hal itu bisa mengurangi jumlah penyakit dan bakteri yang menyebar melalui tangan. Seluruh praktisi kesehatan harus memiliki kesadaran untuk membiasakan diri dengan hand hygiene di lima momen yang telah ditentukan oleh WHO tersebut agar keselamatan pasien bisa terjaga,” tambah Dr. Yuli.
Bahkan tidak hanya itu, sebelumnya, RSUD Dr. Soegiri Lamongan juga menggelar In House Training dengan tema Basic Live Suport (BLS), Hand Hygine (Cuci Tangan) dan Cara Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan).
Agar kebijakan tersebut berjalan maksimal, Tim pokja PMKP dan PPI melakukan sosialisasi keliling di tiap-tiap ruangan dan ada beberapa staf atau karyawan di suruh melakukan praktek cuci tangan dengan benar, sebagai pemenuhan Elemen Penilaian (EP) skoring observasi atau telusur.
“Mencuci tangan kelihatannya sepele namun hal itu bisa mengurangi jumlah penyakit dan bakteri yang menyebar melalui tangan. Seluruh praktisi kesehatan harus memiliki kesadaran untuk membiasakan diri dengan hand hygiene di lima momen yang telah ditentukan oleh WHO tersebut agar keselamatan pasien bisa terjaga,” tambah Dr. Yuli.
Bahkan tidak hanya itu, sebelumnya, RSUD Dr. Soegiri Lamongan juga menggelar In House Training dengan tema Basic Live Suport (BLS), Hand Hygine (Cuci Tangan) dan Cara Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan).
Pelatihan internal tersebut diperuntukkan bagi seluruh karyawan dan karyawati serta penyewa lahan dilingkungan RSUD Dr. Soegiri baik dari BRI,Bank Jatim, Bank Daerah Lamongan, ASKES bahkan petugas parkir serta petugas Cleaning Service juga mengikuti In House Training yang berlangsung di Aula RSUD Dr. Soegiri Lamongan tersebut.
Pengenalan Hand Hygine (cuci tangan) bagi petugas yang bekerja di lingkungan Rumah Sakit dilakukan karena Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular.
Sehingga seluruh petugas kesehatan yang bekerja dirumah sakit maupun penyewa lahan di sekitar rumah sakit ataupun pengunjung seharusnya mengetahui pentingnya pencegahan infeksi silang (nosokomial). Infeksi sebagian besar dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia yaitu dengan cuci tangan.
“Hasil akhir yang diharapkan dari meningkatnya kepatuhan dokter dan perawat dalam cuci tangan ini adalah menurunnya angka infeksi nosokomial yang terjadi pada pasien pengunjung RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Karena kebersihan tangan merupakan salah satu indikator pasien safety yang harus dijalankan oleh petugas di rumah sakit, maka meningkatnya kepatuhan petugas dalam cuci tangan juga berarti meningkatnya kualitas pelayanan RSUD Dr. Soegiri Lamongan,” pungkas Dr. Yuli.
Penulis : M Zainuddin
Editor : M Arief Budiman