GRESIK,(metropantura.com) - Keberadaan proyek Pelabuhan di wilayah Kecamatan Manyar, terus berdampak bagi masyarakat sekitar. Kali ini, warga masyarakat yang terkena dampak adalah masyarakat yang bekerja di sektor pertambakan garam.
Para petambak mengaku kalau hasil panen garam mereka mengalami penurunan drastis pasca adanya mega proyek tersebut.
M. Sanabi (40), misalnya, salah satu petani tambak warga Manyar asal Sumenep Madura, menyatakan, semenjak dikerjakannya proyek pelabuhan di Manyar, produksi garam menurun.
Hanya, dia mengaku tidak bisa memperkirakan prosentasi penurunan secara detil." Kami akui memang ada penurunan. Dulu sebelum ada proyek pelabuhan panennya dapat banyak, tapi setelah adanya proyek pelabuhan hasil panen menurun. Secara prosentase dari 100 persen turun menjadi 50 persen," katanya.
Namun kata dia, tidak hanya faktor keberadaan proyek itu hasil panen menjadi turun. Penyebab lain menurunnya produksi garam yang dialami petani, ada juga yang terkendala cuaca yang tidak mendukung. " Akhir-akhir ini cuaca tidak menentu. Terkadang panas, terkadang hujan. Angin dan panas yang tidak seimbang juga membuat hasil garam turun," ungkapnya.
Dia menjelaskan, untuk satu lahan tambak rata-rata bisa menghasilkan garam sekitar 50 sampai 60 karung dengan berat keseluruhan mencapai 2 sampai 2,5 ton.
" Saat ini, lahan yang dialihfungsikan menjadi pelabuhan sangat banyak. Jadi sangat mungkin sekali mengalami penurunan," terangnya.
Sanabi menambahkan, untuk menjadikan air laut menjadi garam membutuhkan waktu 10 hari. Hal itu meliputi empat kali proses pemindahan air. Cepat atau tidaknya produksi garam tergantung pada cuaca. " Petambak berharap dengan lahan yang berkurang, cuacanya selalu baik, sehingga hasil tambak baik. Meskipun lahan sudah berkurang harapan kami cuaca selalu baik demi kelancaran produksi garam," pungkasnya.
Para petambak mengaku kalau hasil panen garam mereka mengalami penurunan drastis pasca adanya mega proyek tersebut.
M. Sanabi (40), misalnya, salah satu petani tambak warga Manyar asal Sumenep Madura, menyatakan, semenjak dikerjakannya proyek pelabuhan di Manyar, produksi garam menurun.
Hanya, dia mengaku tidak bisa memperkirakan prosentasi penurunan secara detil." Kami akui memang ada penurunan. Dulu sebelum ada proyek pelabuhan panennya dapat banyak, tapi setelah adanya proyek pelabuhan hasil panen menurun. Secara prosentase dari 100 persen turun menjadi 50 persen," katanya.
Namun kata dia, tidak hanya faktor keberadaan proyek itu hasil panen menjadi turun. Penyebab lain menurunnya produksi garam yang dialami petani, ada juga yang terkendala cuaca yang tidak mendukung. " Akhir-akhir ini cuaca tidak menentu. Terkadang panas, terkadang hujan. Angin dan panas yang tidak seimbang juga membuat hasil garam turun," ungkapnya.
Dia menjelaskan, untuk satu lahan tambak rata-rata bisa menghasilkan garam sekitar 50 sampai 60 karung dengan berat keseluruhan mencapai 2 sampai 2,5 ton.
" Saat ini, lahan yang dialihfungsikan menjadi pelabuhan sangat banyak. Jadi sangat mungkin sekali mengalami penurunan," terangnya.
Sanabi menambahkan, untuk menjadikan air laut menjadi garam membutuhkan waktu 10 hari. Hal itu meliputi empat kali proses pemindahan air. Cepat atau tidaknya produksi garam tergantung pada cuaca. " Petambak berharap dengan lahan yang berkurang, cuacanya selalu baik, sehingga hasil tambak baik. Meskipun lahan sudah berkurang harapan kami cuaca selalu baik demi kelancaran produksi garam," pungkasnya.
Penulis : Mochamad S
Editor : M Arief Budiman