LAMONGAN,(metropantura.com) - Agenda rutin yang dilakukan komunitas reptile lamongan, kembali mengadakan sosialisasi kepada masyarakat luas, baik anak kecil maupun orang dewasa di alun alun lamongan, Minggu (31/7).
Kegiatan tersebut dimulai jam 8 pagi samapi jam 12 siang, sebab banyak masyarakat yang menganggap reptile sebagai hewan yang negatif dan ditakuti.
Hewan melata atau reptil seperti ular, kadal, iguana, dan buaya sering dianggap sebagai hewan berbahaya dan menyeramkan. Hal itu menjadikan tidak sedikit orang yang bersikap menjauhi hewan ini.
Bahkan terkadang sampai ada yang berusaha untuk membinasakannya. Terutama kalau binatang-binatang ini muncul di kawasan tempat tinggal manusia. Namun ada sebuah komunitas di Lamongan yang terbentuk atas kepedulian mereka terhadap hewan reptile. Komunitas ini derdiri dari sekelompok pekerja, mahasiswa, serta pelajar yang memiliki kesamaan pandangan serta hobi seputar dunia reptil. Yang terdiri dari 30 anggota .
“Kami yang tergabung dalam Komunitas Reptil Lamongan dari berbagai latar belakang yang berbeda tapi mempunyai kesamaan pandangan dan hobbi yang sama. Dengan mengadakan sosialisai seperti ini semoga masyarakat merubah sedikit pandangannya terhadap reptile. Dan semoga mereka ikut melestarikan dan merawat hewan ini”. ujar Afif salah satu anggota KARTAL.
Memang, pada sebagian orang melihat bahwa hewan-hewan itu terlihat berbahaya, seperti ular yang mempunyai bisa. Namun bagi sebagian orang, sebenarnya jika penanganannya benar, kita tidak perlu sampai membinasakannya. Inilah yang sedang diupayakan dijelaskan oleh KARTAL (komunitas reptil lamongan), kelompok pecinta hewan reptil di lamongan. Mereka mensosialisasikan kepada masyarakat bagaimana cara menangani hewan-hewan ini.
Afif juga memaparkan hewan ini memang harusnya dilestarikan dan dirawat, bukan untuk dibinasakan.
"Di mata masyarakat, reptil (ular khususnya) adalah hewan yang harus dibinasakan. Hal itu tidak kami pungkiri. Apalagi jika ular ditemukan di kawasan perumahan, memang bisa sangat berbahaya. Yang kita sarankan adalah menghindarinya. Apalagi jika ular tersebut punya bisa," ucapnya.
Meski hewan tersebut harus dihindari, tetapi bagi mereka, di komunitas tersebut, akan sangat menyenangkan bila ada orang yang awalnya takut, malah menjadi penyuka reptil.
"Hal yang paling membanggakan kami jika orang yang phobia dengan reptil akhirnya malah menjadi suka, bahkan memelihara hewan ini. Hal itu adalah kebahagiaan terbesar bagi kami," akunya.
Inilah, salah satu peran komunitas yang lahir tahun 2011 ini. "Pada awal berdirinya, kami memang para pecinta reptil. Tapi masing-masing masih tergabung dengan komunitas-komunitas yang ada pada saat itu. Namun, belakangan, kami ingin menjadi satu kesatuan yang berbentuk kekeluargaan, hingga akhirnya tercetuslah ‘komunitas reptil lamongan'. Di sini kami lebih cenderung memberikan informasi dan mensosialisasikan ke masyarakat mengenai segala hal tentang reptil. Anggota kami sekitar 30 anggota lebih dari pengalaman dan sharing (berbagi) langsung dengan senior," tuturnya.
Sosialisasi ini adalah sarana untuk bertemu dengan anak-anak dari berbagai wilayah di lamongan.
"Di sana anak-anak kecil sangat antusias, dan dengan rasa sangat antusias ingin mengetahui apa dan bagaimana reptil itu. Anak-anak bertingkah berbeda-beda saat melihat hewan ini. Ada yang takut, pura-pura berani, tapi ada juga yang benar-benar berani menghadapi binatang melata ini. Tetapi, di saat yang sama, kami selalu mengingatkan kepada mereka, jika bertemu ular di luar jangan coba-coba untuk pegang. Akhirnya, misi kami agar bisa bersosialisasi dengan anak-anak dari usia 7- 12 tahun sukses," paparnya.
Selain itu, ada juga kegiatan rutin yang dilakukan komunitas ini. "Kami selalu hadir dalam event pendidikan untuk memeriahkan acara tersebut, malah kita ditawari dari dinas pendidikan untuk mengisi stand disana, karena stand kami paling ramai sendiri saat acara berlangsung. Terkadang juga, kumpul di taman umum, Jadi tidak jarang kita dipanggil sebagai daya tarik untuk masyarakat," sebutnya.
“Biasanya kalau pemula yang takut, saya suruh pegang saja. Kalau sudah yakin nanti akan terbiasa dan berani, saya menjamin sekali merekan memegang hewan ini pasti mereka langsung menyukainya”. Tutupnya.
Kegiatan tersebut dimulai jam 8 pagi samapi jam 12 siang, sebab banyak masyarakat yang menganggap reptile sebagai hewan yang negatif dan ditakuti.
Hewan melata atau reptil seperti ular, kadal, iguana, dan buaya sering dianggap sebagai hewan berbahaya dan menyeramkan. Hal itu menjadikan tidak sedikit orang yang bersikap menjauhi hewan ini.
Bahkan terkadang sampai ada yang berusaha untuk membinasakannya. Terutama kalau binatang-binatang ini muncul di kawasan tempat tinggal manusia. Namun ada sebuah komunitas di Lamongan yang terbentuk atas kepedulian mereka terhadap hewan reptile. Komunitas ini derdiri dari sekelompok pekerja, mahasiswa, serta pelajar yang memiliki kesamaan pandangan serta hobi seputar dunia reptil. Yang terdiri dari 30 anggota .
“Kami yang tergabung dalam Komunitas Reptil Lamongan dari berbagai latar belakang yang berbeda tapi mempunyai kesamaan pandangan dan hobbi yang sama. Dengan mengadakan sosialisai seperti ini semoga masyarakat merubah sedikit pandangannya terhadap reptile. Dan semoga mereka ikut melestarikan dan merawat hewan ini”. ujar Afif salah satu anggota KARTAL.
Memang, pada sebagian orang melihat bahwa hewan-hewan itu terlihat berbahaya, seperti ular yang mempunyai bisa. Namun bagi sebagian orang, sebenarnya jika penanganannya benar, kita tidak perlu sampai membinasakannya. Inilah yang sedang diupayakan dijelaskan oleh KARTAL (komunitas reptil lamongan), kelompok pecinta hewan reptil di lamongan. Mereka mensosialisasikan kepada masyarakat bagaimana cara menangani hewan-hewan ini.
Afif juga memaparkan hewan ini memang harusnya dilestarikan dan dirawat, bukan untuk dibinasakan.
"Di mata masyarakat, reptil (ular khususnya) adalah hewan yang harus dibinasakan. Hal itu tidak kami pungkiri. Apalagi jika ular ditemukan di kawasan perumahan, memang bisa sangat berbahaya. Yang kita sarankan adalah menghindarinya. Apalagi jika ular tersebut punya bisa," ucapnya.
Meski hewan tersebut harus dihindari, tetapi bagi mereka, di komunitas tersebut, akan sangat menyenangkan bila ada orang yang awalnya takut, malah menjadi penyuka reptil.
"Hal yang paling membanggakan kami jika orang yang phobia dengan reptil akhirnya malah menjadi suka, bahkan memelihara hewan ini. Hal itu adalah kebahagiaan terbesar bagi kami," akunya.
Inilah, salah satu peran komunitas yang lahir tahun 2011 ini. "Pada awal berdirinya, kami memang para pecinta reptil. Tapi masing-masing masih tergabung dengan komunitas-komunitas yang ada pada saat itu. Namun, belakangan, kami ingin menjadi satu kesatuan yang berbentuk kekeluargaan, hingga akhirnya tercetuslah ‘komunitas reptil lamongan'. Di sini kami lebih cenderung memberikan informasi dan mensosialisasikan ke masyarakat mengenai segala hal tentang reptil. Anggota kami sekitar 30 anggota lebih dari pengalaman dan sharing (berbagi) langsung dengan senior," tuturnya.
Sosialisasi ini adalah sarana untuk bertemu dengan anak-anak dari berbagai wilayah di lamongan.
"Di sana anak-anak kecil sangat antusias, dan dengan rasa sangat antusias ingin mengetahui apa dan bagaimana reptil itu. Anak-anak bertingkah berbeda-beda saat melihat hewan ini. Ada yang takut, pura-pura berani, tapi ada juga yang benar-benar berani menghadapi binatang melata ini. Tetapi, di saat yang sama, kami selalu mengingatkan kepada mereka, jika bertemu ular di luar jangan coba-coba untuk pegang. Akhirnya, misi kami agar bisa bersosialisasi dengan anak-anak dari usia 7- 12 tahun sukses," paparnya.
Selain itu, ada juga kegiatan rutin yang dilakukan komunitas ini. "Kami selalu hadir dalam event pendidikan untuk memeriahkan acara tersebut, malah kita ditawari dari dinas pendidikan untuk mengisi stand disana, karena stand kami paling ramai sendiri saat acara berlangsung. Terkadang juga, kumpul di taman umum, Jadi tidak jarang kita dipanggil sebagai daya tarik untuk masyarakat," sebutnya.
“Biasanya kalau pemula yang takut, saya suruh pegang saja. Kalau sudah yakin nanti akan terbiasa dan berani, saya menjamin sekali merekan memegang hewan ini pasti mereka langsung menyukainya”. Tutupnya.
Penulis : M Zainudin
Editor : M Arief Budiman