GRESIK,(metropantura.com) - PT Petrokimia Gresik (PG) menggelar seminar bertajuk "Menggagas Ketahanan Pangan dalam Era Globalisasi" di Wisma Kebomas PG di Gresik, Senin (17/10). Hadir sebagai pembicara Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia, Prof. Bustanul Arifin.
Dalam seminarnya, Prof. Bustanul Arifin menyampaikan tantangan pangan di masa mendatang, tidak hanya pada aspek fisik saja atau supply and demand, tapi juga VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity). Inilah yang menjadi gambaran situasi bisnis saat ini. Selain itu, pola konsumsi pangan pun turut berubah. Tantangan lainnya adalah Indonesia masih terfokus pada pajale (padi, jagung, dan kedelai). Tantangan selanjutnya adalah rendahnya kualitas dan status gizi, dan terakhir adalah masalah rantai nilai pangan.
Dari sejumlah tantangan itu, Prof. Bustanul Arifin menitikberatkan pada perubahan pola konsumsi, serta rendahnya kualitas dan status gizi balita.
Penulis 39 buku itu mengungkapkan pola konsumsi mulai berubah, ini terjadi secara global. Survei di Cina, saat ini anak-anak banyak diberikan makanan siap saji, termasuk juga snack.
Sedangkan, pemenuhan konsumsi pangan lain terutama protein dan vitamin di Indonesia masih sangat rendah. Lebih rendah dibandingkan konsumsi pulsa dan rokok. Dampak dari dua tantangan itu adalah rendahnya tingkat gizi balita. Jumlah balita kurang gizi di Indonesia masih 20 persen. Ini akan berefek pada daya saing bangsa.
" Ketahanan pangan bukan hanya urusan supply dan demand, tapi juga urusan gizi balita. Jangan memperhatikan fisik, tapi juga kualitas. Harus dipaksa ada indikator baru dalam ketahanan pangan, tidak hanya berapa produksi beras, tapi juga kualitas, ketersedian protein dan lainnya," tandasnya.
Direktur Pemasaran (Dirsar) PG, Meinu Sadariyo dalam sambutannya mengatakan, seminar ini diadakan untuk memberikan penyegaran, motivasi, serta stimulasi ide ketahanan pangan pada jajaran manajemen PG. Ketahanan pangan menjadi isu strategis di era globalisasi. Perusahaan harus bisa menyesuaikan diri dengan pola perubahan saat ini.
" Suatu gagasan perlu dirumuskan agar ketahanan pangan bisa tercapai. Untuk itu di hari pangan dunia 16 Oktober 2016, PG memiliki peran dalam mewujudkan ketahanan pangan, maka kita adakan seminar menuju kemandirian pangan," tandas Dirsar PG Meinu Sadariyo.
Setelah memberi sambutan, Dirsar langsung membuka seminar. Ikut hadir dalam seminar Direktur Keuangan (Dirkeu) PG, Pardiman; Direktur Produksi (Dirprod) PG, I Ketut Rusnaya; Direktut Teknik dan Pengembangan (Dirtekbang) PG, Arif Fauzan. Seminar ini diikuti pejabat eselon I dan II PG.
Dalam seminarnya, Prof. Bustanul Arifin menyampaikan tantangan pangan di masa mendatang, tidak hanya pada aspek fisik saja atau supply and demand, tapi juga VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity). Inilah yang menjadi gambaran situasi bisnis saat ini. Selain itu, pola konsumsi pangan pun turut berubah. Tantangan lainnya adalah Indonesia masih terfokus pada pajale (padi, jagung, dan kedelai). Tantangan selanjutnya adalah rendahnya kualitas dan status gizi, dan terakhir adalah masalah rantai nilai pangan.
Dari sejumlah tantangan itu, Prof. Bustanul Arifin menitikberatkan pada perubahan pola konsumsi, serta rendahnya kualitas dan status gizi balita.
Penulis 39 buku itu mengungkapkan pola konsumsi mulai berubah, ini terjadi secara global. Survei di Cina, saat ini anak-anak banyak diberikan makanan siap saji, termasuk juga snack.
Sedangkan, pemenuhan konsumsi pangan lain terutama protein dan vitamin di Indonesia masih sangat rendah. Lebih rendah dibandingkan konsumsi pulsa dan rokok. Dampak dari dua tantangan itu adalah rendahnya tingkat gizi balita. Jumlah balita kurang gizi di Indonesia masih 20 persen. Ini akan berefek pada daya saing bangsa.
" Ketahanan pangan bukan hanya urusan supply dan demand, tapi juga urusan gizi balita. Jangan memperhatikan fisik, tapi juga kualitas. Harus dipaksa ada indikator baru dalam ketahanan pangan, tidak hanya berapa produksi beras, tapi juga kualitas, ketersedian protein dan lainnya," tandasnya.
Direktur Pemasaran (Dirsar) PG, Meinu Sadariyo dalam sambutannya mengatakan, seminar ini diadakan untuk memberikan penyegaran, motivasi, serta stimulasi ide ketahanan pangan pada jajaran manajemen PG. Ketahanan pangan menjadi isu strategis di era globalisasi. Perusahaan harus bisa menyesuaikan diri dengan pola perubahan saat ini.
" Suatu gagasan perlu dirumuskan agar ketahanan pangan bisa tercapai. Untuk itu di hari pangan dunia 16 Oktober 2016, PG memiliki peran dalam mewujudkan ketahanan pangan, maka kita adakan seminar menuju kemandirian pangan," tandas Dirsar PG Meinu Sadariyo.
Setelah memberi sambutan, Dirsar langsung membuka seminar. Ikut hadir dalam seminar Direktur Keuangan (Dirkeu) PG, Pardiman; Direktur Produksi (Dirprod) PG, I Ketut Rusnaya; Direktut Teknik dan Pengembangan (Dirtekbang) PG, Arif Fauzan. Seminar ini diikuti pejabat eselon I dan II PG.
Penulis : Mochamad S
Editor : M Arief Budiman