×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Larung Sesaji Setelah Adanya Penampakan Buaya di Manyar, Hiu Tutul & Ular Python Muncul di Laut Gresik

Kamis, 01 Juni 2017 | 15.55.00 WIB | 0 Views Last Updated 2017-06-01T08:55:54Z
GRESIK, (metropantura.com) - Setelah baru baru ini warga nelayan Desa Manyar Kabupaten Gresik mengadakan ritual larung sesaji di laut pesisir Gresik lantaran sering muncul penampakan buaya. Kembali warga pesisir Desa Kroman dan Lumpur Kecamatan Gresik di kagetkan dengan menculnya hiu paus tutul raksasa dan penemuan ular besar yang menyangkut salah satu jaring nelayan.

Ular tersebut tersangkut salah satu jaring milik nelayan yang bernama Yudi di perairan laut muara Rumo Kalisari salah satu pembatas Kabupaten Gresik - Surabaya sekitar pukul 11.45 Wib.

Yudi warga Desa Lumpur Gresik pemilik jaring yang menemukan ular besar itu mengatakan, kaget tiba-tiba ular jenis piton cukup besar itu menyangkut pada jaring miliknya.

"Saat memasang jaring, tak berselang lama jaring saya menangkap seekor ular. Tak kira awalnya biawak, ternyata ular piton lalu bersama 3 teman saya bawa pulang," ujar Yudi melalui temanya Kasripan kepada wartawan.

Hewan jenis karnivora ini berukuran 4 meter dan berat diperkirakan lebih dari 20 kg. Dia menambahkan, sementara ular ini diperuntukkan sebagai tontonan warga sekitar.

"Belum tahu kedepan untuk apa, sementara ini untuk hiburan rakyat, bagi masyarakat yang melihat dimohon dengan suka rela mengisi kotak sumbangan diperuntukkan pembanguna masjid," terang Kasripan.

Sementara, menurut warga setempat mengaku merasa senang dengan adanya penangkapan ini, "Sejak kecil belum pernah melihat ular segede ini secara langsung. Senang dapat menjadi hiburan masyarakat terutama anak kecil," ungkap Jalali salah satu warga setempat.

Berbeda dengan apa yang di katakan oleh Mbah Joyo Sugeng, pihaknya mengatakan, seharusnya kejadihan itu untuk di jadikan kontrolisasi menyelaraskan keseimbangan alam.

"Seharusnya hal hal seperti kejadihan itu bukan hal yang aneh, sebab apa, itu sama juga seperti kita kita ini. Sama mahkluknya yang kuasa hanya bentuk rupa saja yang membedakan," ujar Mbah Geng panggilan akrabnya.

Mbah Geng menambahkan, penyelarasan toleransi kehidupan alam itu sebetulnya tak jauh beda dengan kehidupan bermasyarakat antar manusia. Begitu juga sebaliknya ketika manusia bisa menyelaraskan kehidupan yang dialaminya selain itu kita berupaya harus saling menjaga menghormati sesama mahkluk Tuhan.

"Artinya tanpa saya berbicara panjang lebar terlepas disadari dan tidaknya kita ini sama sama ciptaan Tuhan, wong kampung saja ada sesepuhnya berarti ketika kita masuk atau mertamu wajib permisi, sama hal hal seperti itu juga punya alam lain dan menurut saya wajib menghormati karena sama sama ciptaanya. Itu kalau menurut saya terlepas percaya atau tidak itu urusan mereka, " pungkasnya.




Redaktur : Mochammad S
Reporter  : Yudi Handoyo

×
Berita Terbaru Update