Sebagai langkah meminimalisir penularan penyakit Tuberkulosis (TBC) maupun Tuberkulosis Resistan Obat (TB-RO), Pemkab Bojonegoro melalui Dinas Kesehatan menggelar sosialisasi lewat program siar radio SAPA! (Selamat Pagi) Malowopati FM edisi Jumat (22/3/2024). Lewat program siar ini, Pemkab ingin mengajak warga lebih mengenali cara penanganan TBC dengan benar.
dr. Hapsari Paramitha, Sp.P., salah satu narasumber, menuturkan bahwa TBC merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan bakteri mycobactorium tuberculosis. Penyakit TBC mudah sekali menular karena penyebarannya melalui udara. Gejalanya adalah batuk yang tidak sembuh-sembuh dalam kurun waktu lebih dari dua minggu secara terus menurus.
TBC sendiri bisa diobati dengan obat-obatan yang sudah tersedia di puskesmas. Namun untuk TB-RO membutuhkan obat khusus lini kedua dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu pengobatan yang lebih lama.
"Tapi tidak perlu khawatir, pasien tuberkulosis atau TBC bisa kembali sembuh dan sehat seperti semula asal mengikuti program penyembuhan secara rutin dan teratur, dan obatnya pun diberikan secara gratis," tuturnya.
Lebih lanjut, dr. Hapsari menjelaskan bahwa banyak pasien yang merasa sudah sehat dan pulih sehingga tidak melanjutkan pengobatan. Namun sebenarnya pasien tersebut belum sembuh total. Karena program penyembuhan penyakit TBC membutuhkan waktu 6 bulan.
Selain itu, sebelum pemberian obat juga dilakukan observasi atau pemeriksaan kepada pasien.
Dalam proses pengobatan, lanjut dia, harus diperhatikan pola makan. Sebenarnya tidak ada pantangan atau batasan makanan apapun untuk dikonsumsi penderita, kecuali alergi terhadap suatu jenis makanan tertentu.
“Terapkan pola hidup sehat, menjaga lingkungan tetap bersih, memakai masker, dan cuci tangan sebelum atau sesudah melaksanakan kegiatan apapun,” terangnya.
Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Bojonegoro drg. Fajar Respati menambahkan dalam rangka menyambut hari TBC Sedunia, pihaknya mengajak masyarakat untuk membagi informasi terkait penyakit tuberkulosis resistan obat (TB -RO).
Menurut catatan dari Dinas Kesehatan, pada 2023 terdapat 2.210 pasien. Thun ini, hingga Maret sudah ada sebanyak 282 pasien. "Semakin cepat menemukan pasien TB, maka semakin cepat pula kita memberikan pelayanan pengobatatan,"ucapnya.